Ketersediaan air bersih global semakin mendapat sorotan. Penyebabnya bukan hanya perubahan iklim atau kekeringan, tetapi juga perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Laporan Forbes menunjukkan bahwa penggunaan AI berskala besar membawa dampak pada konsumsi air bersih dunia.
Perusahaan teknologi yang mengoperasikan pusat data AI menggunakan air dalam jumlah besar untuk keperluan pendinginan server. Sistem pendinginan ini memanfaatkan menara penguapan dan mekanisme udara yang membutuhkan air bersih agar suhu perangkat tetap stabil. Setiap kilowatt-hour energi yang digunakan sistem pendingin dapat menghabiskan hingga sekitar 9 liter air.
Konsumsi air tidak hanya berasal dari pusat data. Kebutuhan listrik yang besar untuk menjalankan server AI juga berdampak pada pemakaian air di sektor pembangkit energi. Banyak pembangkit listrik di Amerika Serikat masih bergantung pada sistem termoelektrik. Sistem tersebut menggunakan air dalam jumlah besar, rata-rata mencapai lebih dari 40 liter per kilowatt-hour energi.
Microsoft, Google, dan Meta menyatakan telah berkomitmen mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan pusat data AI mereka. Ketiganya berjanji mengembalikan lebih banyak air ke lingkungan dibanding jumlah yang mereka gunakan. Target ini ditetapkan untuk dicapai pada tahun 2030, meski detail pelaksanaannya belum dijabarkan secara penuh.
Kekhawatiran tetap muncul karena konsumsi air untuk industri AI diperkirakan terus meningkat.
Pada tahun 2027, pemakaian air dari sektor ini diprediksi mencapai lebih dari 6 miliar meter kubik.
Jumlah tersebut dianggap sangat besar dan berpotensi memperburuk kelangkaan air bersih dunia.
Laporan PBB menunjukkan bahwa dua pertiga populasi dunia sudah mengalami kekurangan air parah setidaknya satu bulan setiap tahun. Pada tahun 2030, kondisi ini diproyeksikan memburuk dan mempengaruhi hampir separuh penduduk dunia.
Peningkatan konsumsi air untuk mendukung teknologi AI mendorong seruan bagi perusahaan untuk memperkuat komitmen keberlanjutan. Tantangannya adalah menjaga kemajuan teknologi tanpa memperburuk krisis air yang sudah mengancam banyak wilayah.
Baca Juga : Apple Bikin Sarung HP Harga Rp 2 Jutaan, Apa Saja Fungsinya?