Kecerdasan Buatan (AI) kini menjadi motor penggerak banyak industri di Indonesia, mulai dari perbankan hingga manufaktur. Semua berlomba memanfaatkan AI untuk meningkatkan daya saing. Namun, ada satu hal yang sering terlupakan: AI itu bukan sekadar teknologi, melainkan juga soal data dan etika.
Menurut para ahli, mengadopsi AI tanpa fondasi yang kuat sama saja membangun rumah tanpa pondasi. Hal ini terungkap dalam konferensi teknologi LeadX 2025 yang diselenggarakan di Jakarta.
Data: Bahan Bakar Utama AI
Seperti mesin canggih yang butuh bahan bakar, AI membutuhkan data. Semakin besar dan relevan datanya, semakin pintar pula AI-nya. Namun, di balik potensi besar itu, ada risiko besar yang mengintai.
“Security itu sangat penting untuk membentengi pertahanan data kita,” ujar Agus Susanto, Direktur Utama PT Intikom Berlian Mustika.
Data, baik itu catatan pelanggan, strategi bisnis, atau bahkan desain produk, adalah aset berharga yang harus dilindungi. Jika data ini bocor, konsekuensinya bisa sangat fatal.
Kenapa Etika Tidak Boleh Dikesampingkan?
Selain keamanan, ada etika yang harus jadi pertimbangan utama. AI sering kali mengambil data dari berbagai sumber, dan tidak semua data itu boleh digunakan seenaknya.
Agus Susanto mencontohkan, “Kadang sistem mereferensi data yang sebenarnya memiliki hak cipta. Karena itu, pemerintah sudah mengatur agar data orang lain tidak digunakan sembarangan.”
Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa asal-asalan dalam mengembangkan AI. Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) menjadi panduan penting yang harus dipatuhi agar AI tidak melanggar hak-hak individu.
Baca Juga: Meta Hentikan Perekrutan Tenaga Ahli AI, Apa yang Terjadi?
Tiga Pilar Utama AI yang Aman dan Bertanggung Jawab
Sudimin Mina, Direktur Intikom lainnya, menjelaskan bahwa pengembangan AI yang berkelanjutan dan aman bertumpu pada tiga pilar utama:
1. Data: Sebagai sumber utama yang membuat AI berfungsi.
2. Keamanan: Melindungi data dari pencurian dan penyalahgunaan.
3. Etika: Memastikan data digunakan sesuai izin, transparan, dan tidak merugikan siapa pun.
“AI tanpa data tidak mungkin. Tetapi data itu harus diamankan dan dipakai secara etis. Misalnya, data pelanggan hanya bisa dipakai setelah mendapat izin sesuai UU PDP,” jelas Sudimin.
Membangun Masa Depan AI Indonesia yang Lebih Baik
Konferensi LeadX 2025 menjadi pengingat penting bagi semua pihak. Membangun AI yang aman, etis, dan bertanggung jawab bukan hanya tugas perusahaan teknologi, melainkan juga pemerintah, regulator, dan seluruh pemangku kepentingan.
Pada akhirnya, AI seharusnya menjadi alat yang memajukan manusia, bukan sebaliknya. Tanpa fondasi yang kuat, AI bisa berubah dari peluang menjadi ancaman.
Baca Juga: 5 AI Terbaik untuk Excel 2025: Olah Data Jadi Cepat & Mudah