
Apple kini serius mengejar ketertinggalannya di sektor kecerdasan buatan (AI). Melalui langkah strategis berupa akuisisi perusahaan AI oleh Apple, CEO Tim Cook ingin memperkuat teknologi Siri dan layanan berbasis AI.
Baca Juga : Daftar iPhone yang Dapat Update iOS 26, Perangkatmu Kebagian?
Apple Gencarkan Akuisisi Perusahaan AI Demi Perkuat Ekosistem Siri
Salah satu tujuan utama dari akuisisi perusahaan AI oleh Apple adalah untuk mempercepat pengembangan Siri melalui teknologi LLM.
Dalam laporan keuangan terbaru, Apple mencatat pertumbuhan keuntungan sebesar 10 persen pada kuartal April–Juni 2025. Total pendapatan mencapai USD 94 triliun atau sekitar Rp 1,5 kuadriliun. Oleh karena itu, Apple melihat peluang besar untuk mempercepat pengembangan teknologi AI.
Tim Cook menjelaskan bahwa Apple telah menjalin kerja sama dengan perusahaan AI besar, seperti OpenAI dan Anthropic. Kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan Large Language Model Siri yang lebih canggih. Selain itu, Apple juga dikabarkan tengah membahas akuisisi startup AI Perplexity, sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
Sebelumnya, pada Maret 2025, proyek Vision Pro diserahkan kepada Mike Rockwell yang kini memimpin tim AI dan Siri. Langkah ini menunjukkan bahwa Apple mulai memusatkan pengembangan produk berbasis AI secara lebih terstruktur.
Meski begitu, Craig Federighi, SVP Software Engineering Apple, mengingatkan bahwa AI generatif belum bisa dipercaya sepenuhnya untuk digunakan secara luas. Namun demikian, Apple tetap berkomitmen menghadirkan pengalaman AI yang lebih personal dan aman.
Kinerja Bisnis Apple Tetap Tumbuh Positif di Tengah Persaingan AI
Meskipun pengembangan AI Apple tertinggal dari kompetitor, bisnis intinya tetap tumbuh kuat. Penjualan iPhone meningkat sebesar 13 persen dari tahun sebelumnya, menghasilkan pendapatan sekitar USD 44 miliar (Rp 735 triliun). Di sisi lain, penjualan Mac juga mengalami kenaikan signifikan berkat peluncuran MacBook Air terbaru. Total pendapatan dari Mac mencapai USD 8,1 miliar atau sekitar Rp 133 triliun.
Tidak hanya itu, layanan berlangganan seperti Apple TV+, iCloud, dan Apple Music juga mencetak rekor pendapatan tertinggi sepanjang sejarah. Dengan kenaikan 13 persen, sektor ini menyumbang USD 27,4 miliar atau Rp 452 triliun.
Sayangnya, Apple menghadapi tantangan dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Tarif baru berpotensi menyebabkan kerugian hingga USD 900 juta (Rp 14,8 triliun). Ini terjadi karena Apple telah memindahkan pabrik produksi dari China ke India. Akibatnya, Apple terkena imbas dari kebijakan yang mewajibkan produksi kembali ke dalam negeri AS, dengan potensi tarif naik hingga 25 persen.
Baca Juga : Tim Cook Minta Seluruh Karyawan Apple Unggul dalam Pengembangan AI