Perkembangan teknologi, khususnya di bidang kecerdasan buatan (AI), tidak selalu membawa dampak baik. Salah satu contohnya adalah deepfake, sebuah teknologi yang bisa menciptakan konten digital palsu, seperti gambar, video, dan audio, yang sangat mirip dengan aslinya.
Nama deepfake sendiri merupakan gabungan dari dua kata: deep learning dan fake. Deep learning adalah bagian dari AI yang menggunakan algoritma untuk memanipulasi konten visual dan audio, sementara fake menunjukkan bahwa konten yang dihasilkan adalah palsu.
Cara Kerja Deepfake
Berbeda dengan hasil edit manual seperti di Photoshop, deepfake dibuat menggunakan algoritma canggih yang disebut Generative Adversarial Network (GAN). Sistem GAN ini terdiri dari dua algoritma: generator dan diskriminator.
Generator bertugas menciptakan konten palsu, misalnya video yang meniru wajah atau suara seseorang dan Diskriminator berfungsi menganalisis konten yang dibuat oleh generator untuk memastikan apakah hasilnya terlihat asli atau tidak.
Kedua algoritma ini bekerja sama berulang kali hingga konten palsu yang dihasilkan oleh generator dianggap cukup realistis oleh diskriminator. Proses ini memungkinkan deepfake menghasilkan tiruan yang sangat detail, termasuk ekspresi wajah, gerakan bibir, bahkan intonasi suara.
Ada dua metode utama dalam membuat konten deepfake:
- Mengambil konten asli dari seseorang (misalnya video) dan memanipulasinya untuk membuat narasi baru.
- Menukar wajah seseorang ke dalam konten lain (face swap).
Baca Juga: Induk TikTok Umumkan OmniHuman-1, AI untuk Bikin Video “Deepfake” dari Foto
Bahaya Deepfake di Dunia Nyata
Teknologi deepfake sangat berbahaya karena bisa disalahgunakan untuk berbagai tindakan kriminal, seperti, Penipuan dan pemerasan: Pelaku bisa membuat video palsu yang menampilkan seseorang sedang melakukan sesuatu yang merugikan. Merusak reputasi: Deepfake bisa digunakan untuk menyebarkan informasi palsu (hoax) yang melibatkan tokoh publik atau politisi, yang terlihat sangat meyakinkan. Pornografi palsu: Deepfake sering disalahgunakan untuk membuat konten pornografi yang menampilkan wajah orang tanpa persetujuan mereka.
Beberapa kasus nyata yang sempat viral melibatkan deepfake adalah video palsu Mark Zuckerberg, Paus Fransiskus, hingga Donald Trump. Kasus-kasus ini menunjukkan betapa mudahnya deepfake digunakan untuk menyebarkan disinformasi.
Baca Juga: Berita Teknologi
Tips Mendeteksi Konten Deepfake
Agar tidak mudah tertipu, ada beberapa cara untuk mengenali video atau gambar yang kemungkinan besar adalah deepfake:
• Perhatikan wajah dan mata: Gerakan wajah atau mata pada konten palsu sering terlihat tidak alami. Mata subjek bisa jarang berkedip atau terlihat aneh.
• Cek pencahayaan dan bayangan: Pencahayaan pada video deepfake cenderung tidak konsisten atau kurang optimal. Jika diperbesar, detailnya bisa terlihat aneh dan tidak wajar.
• Sinkronisasi audio dan gerakan bibir: Perhatikan apakah gerakan bibir subjek sesuai dengan suara yang keluar. Sering kali ada ketidaksesuaian antara keduanya pada video deepfake.
Memahami apa itu deepfake dan cara kerjanya adalah langkah penting untuk meningkatkan kewaspadaan kita terhadap informasi palsu yang beredar.
Baca Juga: Prediksi Lanskap Keamanan Siber Asia-Pasifik 2025, dari Deepfake hingga Transparansi AI