China Bikin AI yang Terinspirasi dari Otak Manusia

China kembali membuat gebrakan di dunia kecerdasan buatan (AI). Kali ini, Negeri Tirai Bambu mengembangkan model AI yang terinspirasi dari cara kerja otak manusia.

Model AI bernama SpikingBrain-1.0 ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences (CAS), China.

Read More

Baca Juga : Setelah Jepang, QRIS Bakal Disiapkan Meluncur di China

Yang menarik adalah, menurut klaim mereka, dengan mengadopsi mekanisme kerja seperti otak manusia, informasi yang diproses AI SpikingBrain-1.0 hanya menghabiskan daya komputasi yang sangat minim. 

Artinya, saat model AI ini dijalankan, konsumsi energi untuk memproses data jauh lebih rendah dari yang biasanya dipakai oleh model AI arus utama (mainstream), seperti ChatGPT misalnya. 

Dengan input yang lebih sedikit, SpikingBrain-1.0 diyakini bisa menghasilkan performa yang sebanding dengan model berarsitektur Transformer yang kini banyak menjadi andalan AI generatif.

Diklaim efisien dan hemat daya

Tim peneliti menjelaskan, SpikingBrain-1.0 dirancang dengan memanfaatkan spiking neural network (SNN). Ini merupakan sistem jaringan saraf buatan yang bekerja dengan pola sinyal mirip neuron otak manusia.

Seperti disinggung di atas, dengan sistem ini, informasi yang diproses SpikingBrain-1.0 menjadi jauh lebih efisien dibanding model AI kebanyakan. Bahkan dalam salah satu pengujian, model ini hanya menggunakan sekitar dua persen dari jumlah data yang biasanya dibutuhkan oleh AI populer.

Dengan kemampuan ini, SpikingBrain-1.0 juga akhirnya diklaim sebagai model AI yang memiliki performa setara dengan AI modern lain. 

Efisiensi daya SpikingBrain-1.0 semakin terlihat ketika diuji ulang dan diminta untuk memproses rangkaian data yang sangat panjang. Dalam pengujiannya, SpikingBrain-1.0 tercatat mampu mempercepat proses informasi hingga 26,5 kali lebih cepat dibanding model AI berarsitektur Transformer. 

Kecepatan ini terlihat khususnya ketika model menghasilkan token pertama dari konteks yang panjangnya mencapai satu juta token, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CGTN, Minggu (14/9/2025).

Pakai GPU lokal, ideal untuk analisis dokumen kompleks 

Berkat kemampuan SpikingBrain-1.0, model AI ini dinilai ideal digunakan di bidang-bidang yang memerlukan pemrosesan teks panjang.

Contohnya, untuk menganalisis dokumen topik-topik berat, seperti hukum, data medis, penelitian fisika energi tinggi, atau pengurutan DNA.  Yang menarik, SpikingBrain-1.0 dilatih dan dijalankan sepenuhnya menggunakan GPU lokal buatan China yang bernama MetaX C550.

Para peneliti mengatakan, model AI ini sudah dirilis dan bisa diunduh gratis, lengkap dengan laporan teknis dua bahasa. Hadirnya AI dengan dukungan GPU buatan dalam negeri dinilai menjadi sinyal kuat ambisi China yang tampaknya ingin membangun ekosistem AI-nya sendiri.

Membuka peluang dan arah teknologi baru

Direktur Institute of Automation, Xu Bo meyakini bahwa model AI SpikingBrain-1.0 bisa membuka arah industri teknologi baru di China. Khususnya dari sisi pengembangan generasi AI ke depan.

Kemampuan dan inovasi yang ditawarkan SpikingBrain-1.0 bahkan digadang-gadang mampu melanjutkan keberhasilan China sebelumnya dalam menciptakan chip neuromorfik berdaya rendah. Salah satu contohnya yaitu chip Speck. Saat beroperasi, chip ini disebut hanya membutuhkan daya sebanyak 0.42 milliwatt.

Sebagai perbandingan, otak manusia saja saat digunakan untuk berpikir dan memproses informasi, membutuhkan daya sekitar 20 watt. 

Sementara itu, dengan besaran daya yang dikeluarkan chip neuromorfik Speck, menunjukkan bahwa ke depan, jelas ada peluang besar bagi China untuk membangun ekosistem AI yang lebih beragam. Khususnya, model AI yang mampu mereplikasi cara kerja otak manusia tapi dengan daya yang lebih efisien. Chip Speck sendiri diketahui dikembangkan oleh tim peneliti yang sama, yaitu Chinese Academy Sciences, dan bekerja sama dengan para ilmuwan dari Swiss. 

Baca Juga : Manufaktur China berperan penting dalam produksi iPhone

Related posts