
Cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia masih tak menentu dalam beberapa bulan terakhir. Meski seharusnya sejak April sudah memasuki musim kemarau tapi hujan masih terusu mengguyur.
awal Agustus ini sejumlah wilayah masih berpotensi mengalami hujan ekstrem. Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer. Potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan meningkat dalam sepekan ke depan.
BACA JUGA:Daftar HP Tidak Mendapat Pembaruan Android 15 dan Cuaca
Kondisi ini didukung oleh berbagai faktor, mulai dari skala global, regional, hingga lokal, yang secara kolektif menciptakan kondisi atmosfer yang labil dan kondusif untuk pembentukan awan hujan dengan intensitas bervariasi. BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer yang turut berperan dalam pertumbuhan awan hujan, terutama karena aktifnya Gelombang Rossby Ekuator di selatan Indonesia, serta keberadaan sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera yang memicu penumpukan massa uap air.
Di sisi lain, sejumlah wilayah mulai mengalami cuaca panas dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya titik panas (hotspot), yang menjadi ancaman kebakaran hutan dan lahan. Menurut BMKG, data ini menjadi sinyal kuat akan meluasnya risiko karhutla, khususnya di wilayah Kalimantan dan Sumatera, jika dibandingkan dengan kondisi pada pekan lalu.
Dalam kondisi yang kontras ini, di mana risiko kekeringan pemicu karhutla meningkat sementara potensi hujan lebat juga menguat di wilayah lain. Seperti sebagian besar Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua, situasi ini menuntut kewaspadaan ganda, ujar BMKG.
Puncak musim kemarau
BMKG sebelumnya juga menyebut bahwa sejumlah wilayah mengalami musim kemarau mundur dari yang diprediksi sebelumnya. Adapun puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada Juli-Agustus. Berdasarkan hasil pemutakhiran Prediksi Musim Kemarau 2025 pada bulan Mei. BMKG mengatakan bahwa awal musim kemarau datang lebih lambat, terutama di Jawa dan Bali-Nusa Tenggara. Di antaranya, di Jawa, banyak zona musim (ZOM) yang semula diprediksi mengalami awal musim pada April III-Mei I. Kini bergeser menjadi Mei III-Juni I, dengan pergeseran mencapai 3-5 dasarian, khususnya di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Sementara itu, di Bali dan Nusa Tenggara, pergeseran rata-rata terjadi 2-4 dasarian, dari April II-Mei I menjadi Mei III-Juni I.