
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital di Indonesia, keamanan data telah menjadi isu yang tidak bisa diabaikan lagi. Setiap hari, jutaan orang Indonesia menggunakan berbagai platform digital untuk berbelanja, berinvestasi, hingga menyimpan data pribadi mereka. Kasus kebocoran data yang menimpa berbagai perusahaan besar di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan betapa rentannya sistem keamanan digital kita. Dari data pribadi pengguna e-commerce hingga informasi keuangan, semuanya berpotensi menjadi sasaran empuk para pelaku kejahatan siber. Yang lebih mengkhawatirkan, banyak pengguna masih belum sadar akan pentingnya melindungi data mereka. Mereka seringkali asal menggunakan platform digital tanpa memperhatikan aspek keamanan yang ditawarkan.
Dhanipro mengatakan dalam artikelnya berjudul Menjaga Kerahasiaan Data hingga ke Level Disk bahwa perlindungan data tidak hanya sebatas pada level aplikasi saja, tetapi harus sampai ke level penyimpanan fisik. Konsep ini memang terdengar teknis, namun pada dasarnya mirip dengan brankas berlapis. Bayangkan data Anda disimpan dalam brankas yang memiliki beberapa lapisan kunci keamanan. Meskipun penjahat berhasil masuk ke ruangan, mereka tetap tidak bisa membuka brankas tanpa kunci yang tepat.
BACA JUGA: Masa Depan Keamanan Siber dengan Hyperautomation
Mengenali Website yang Tidak Aman
Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
• Website tanpa sertifikat SSL – Perhatikan apakah alamat website dimulai dengan “https://” dan ada ikon gembok di browser. Ini menunjukkan bahwa data yang dikirim sudah dienkripsi.
• Tidak ada kebijakan privasi yang jelas – Platform yang serius dengan keamanan akan selalu menyediakan kebijakan privasi yang mudah dipahami dan dapat diakses pengguna.
• Proses verifikasi yang terlalu mudah – Jika sebuah platform tidak meminta verifikasi identitas yang memadai, ini bisa jadi tanda bahwa mereka tidak serius dengan keamanan.
Peran Penting Regulasi dan Kesadaran Pengguna.
Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah mulai serius menangani isu keamanan data dengan mengeluarkan berbagai regulasi seperti UU PDP (Perlindungan Data Pribadi). Namun, regulasi saja tidak cukup tanpa kesadaran dari pengguna dan komitmen dari penyedia layanan digital. Beberapa kasus campur tangan negara dalam mengatur platform digital menunjukkan bahwa upaya ini masih menghadapi tantangan dari sisi implementasi dan penerimaan pelaku industri.
Sebagai pengguna, kita perlu lebih selektif dalam memilih platform digital. Jangan hanya tergiur dengan promo menarik atau kemudahan akses, tetapi pertimbangkan juga aspek keamanan yang ditawarkan.
Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk melindungi data pribadi:
Pertama, selalu gunakan kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap platform. Kedua, aktifkan verifikasi dua langkah jika tersedia. Ketiga, rajin memperbarui aplikasi dan perangkat lunak yang kita gunakan. Keempat, berhati-hati saat menggunakan Wi-Fi publik untuk mengakses data sensitif.