Beritateknologi.co.id – Persoalan keterbatasan daya adalah kendala yang ditemui di semua drone komersil. Waktu terbang (flight time) ditentukan oleh daya yang bisa ditampung di baterai, dan waktunya pun biasanya tidak terlalu lama. Beda halnya dengan drone mungil bernama “CoulombFly” bikinan tim peneliti dari Universitas Beihang di China.
Drone ringan seberat 4 gram ini ditenagai oleh panel surya yang mengalirkan listrik voltase tinggi ke motor elektrostatis. Motor ini bekerja dengan cara yang berbeda dari motor elektromagnetik pada kendaraan listrik seperti mobil listrik atau quadcopter.
Dalam jurnal Nature, peneliti menjelaskan bahwa panel surya pada drone ini menghasilkan listrik DC voltase rendah (4,5 V) yang diubah oleh sirkuit high-voltage power converter (HVPC) menjadi DC voltase tinggi (9 kV). Listrik voltase tinggi ini kemudian dialirkan ke serangkaian elektroda motor elektrostatis yang mengelilingi rotor sepanjang 10 cm.
Medan listrik voltase tinggi kemudian terbentuk dan mendorong lempengan-lempengan tersebut, sehingga memutar rotor. Rotor dengan bilah tunggal inilah yang menerbangkan drone layaknya helikopter mini. Bobot drone bisa ditekan dibuat dari lembaran-lembaran serat karbon berlapis aluminium foil yang sangat tipis.
Baca Juga : Cloudflare Siapkan Alat Ampuh untuk Hadang Bot AI di Situs Web
‘Bisa terbang “selamanya” Tim peneliti Universitas Beihang berhasil membuat drone mini (micro aerial vehicle, MAV) yang untuk pertama kalinya bisa terbang dengan ditenagai oleh cahaya matahari. Sebelumnya hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh drone berukuran besar saja. Menurut Interesting Engineering, MAV biasanya memiliki flight time yang sangat terbatas, terutama yang berbobot kurang dari 10 gram. Flight time bisa hanya 10 menit atau kurang.
Tenaga surya adalah salah satu solusi potensial untuk permasalahan ini. Hanya saja, karena penggunaan metode propulsi tradisional yang memiliki efisiensi lift-to-power rendah, studi-studi sebelumnya belum berhasil mencapai penerbangan terus menerus dengan sepenuhnya mengandalkan cahaya matahari. Sebaliknya, drone CoulombFly memiliki efisiensi lift-to-power sebesar 7,6 gram per watt dan hanya butuh sekitar 0,5 watt untuk terbang dengan bobotnya yang di kisaran 4 gram.
Ketika diuji, CoulombFly langsung mengudara dalam waktu 1 detik begitu panel suryanya mendapat cahaya matahari. Para peneliti mengeklaim drone tersebut dapat terbang secara terus menerus selama 1 jam di ketinggian 1 cm. Setelah 1 jam, penerbangan drone terhenti karena mechanical failure.
Namun, Mingjing Qi mengatakan kelemahan tersebut nantinya bisa diperbaki. Para peneliti juga tengah mengembangkan alternatif sumber energi dengan memanfaatkan sinyal radio. Versi-versi mendatang dari drone mini bertenaga surya ini pun disebut bakal bisa terbang “selamanya”, menggunakan tenaga matahari saat siang dan energi dari sinyal radio seperti 4G dan WiFi saat gelap.