Fortinet: Teknologi Cloud Fleksibel dan Skabilitasnya Tinggi

Inovasi-Teknologi-Menjelajahi-Dunia-Digital-Masa-Depan

Teknologi cloud menjadi enabler utama digitalisasi nasional. Namun, adopsi lingkungan hybrid atau multi-cloud oleh lebih dari 80% perusahaan di Indonesia dan global, juga memperluas permukaan serangan siber.

Indonesia diproyeksikan menjadi tulang punggung ekonomi digital ASEAN pada tahun 2030, menyumbang 40% dengan estimasi nilai US$ 1 triliun. Angka fantastis ini didorong oleh laju pesat layanan keuangan digital, e-commerce, dan platform berbasis seluler. Di balik pencapaian ini, teknologi cloud memainkan peranan sentral sebagai fondasi digitalisasi nasional.

Read More

Teknologi cloud, dengan segala fleksibilitas dan skalabilitasnya, menjadi enabler utama digitalisasi nasional. Namun, adopsi lingkungan hybrid atau multi-cloud oleh lebih dari 80% perusahaan di Indonesia dan global, juga memperluas permukaan serangan siber.

Baca Juga : Keamanan Cloud di Indonesia: Tantangan dan Solusi Fortinet untuk Ketahanan Siber Indonesia

Ancaman siber diprediksi akan semakin kompleks dan canggih, seiring kemajuan teknologi. Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat lonjakan insiden siber yang mengkhawatirkan sepanjang tahun 2024. Lebih dari 26 juta kasus phishing, peningkatan lebih dari 30 kali lipat pada kasus web defacement, serta lonjakan drastis insiden kebocoran data dari 1,67 juta menjadi 56 juta kasus hanya dalam setahun, menjadi alarm keras bagi seluruh pelaku usaha.

“Statistik ini menjadi alarm bagi semua pelaku usaha bahwa strategi keamanan harus berkembang setara dengan ambisi digital,” ujar Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, dalam keterangannya, Selasa (28/7/2025).

Baca Juga : Kronologi Data Nasabah-Karyawan Allianz Life Dibobol

3 Pilar Ketahanan CloudFortinet menegaskan ketahanan siber bukan sekadar membangun pertahanan, melainkan kemampuan organisasi untuk tetap beroperasi andal di tengah gangguan. Untuk itu, diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan tiga elemen kunci.

Tiga elemen kunci : sumber daya manusia, proses, dan teknologi.

Talenta: Fondasi Ketahanan Siber
Kawasan Asia Pasifik menghadapi defisit besar tenaga kerja terampil di bidang keamanan siber, dengan kekosongan mencapai 3,3 juta posisi. Indonesia telah mengambil langkah strategis melalui program Digital Talent Scholarship (DTS) yang menargetkan pencetakan 100.000 profesional digital pada tahun 2025.

Proses: Membangun Struktur Ketahanan
Kekurangan proses yang jelas kerap menjadi penghambat respons cepat saat insiden siber terjadi. Fortinet mendorong perusahaan untuk:
Menyusun protokol respons insiden yang kokoh.
Memperjelas pembagian peran dan tanggung jawab dalam situasi darurat.
Terlibat aktif dalam ekosistem berbagi intelijen ancaman.
Menumbuhkan transparansi dan keterbukaan dalam pelaporan keamanan.
Dengan struktur yang baik, perusahaan dapat beralih dari pendekatan reaktif menuju ketahanan yang terstruktur dan kolaboratif.

Teknologi: Platform Terpadu sebagai Kebutuhan Mutlak
Menghadapi kompleksitas cloud, pendekatan keamanan yang terfragmentasi tidak lagi memadai. Perusahaan perlu beralih ke platform keamanan yang terintegrasi dan cerdas.
Solusi seperti FortiCNAPP dan FortiFlex dari Fortinet menawarkan visibilitas menyeluruh, penegakan kebijakan yang kuat, serta kontrol presisi terhadap infrastruktur cloud.
Solusi ini dilengkapi fitur deteksi ancaman berbasis AI secara real-time, respons otomatis, dan perlindungan adaptif. Penerapan strategi zero-trust dan remediasi risiko otomatis menjadi landasan penting dalam menjaga kelangsungan operasional digital.

Related posts