Hacker China Disebut Pakai AI untuk Melakukan Peretasan Otomatis Sekali Klik

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mampu mengotomatisasi pekerjaan manusia ternyata membuka peluang baru bagi kelompok peretas. Kini, serangan siber dapat dijalankan dalam skala besar hanya dengan satu kali klik. Tingkat otomatisasi ini meningkat drastis dan menjadi perhatian serius. Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru Anthropic, perusahaan rintisan AI asal Amerika Serikat (AS).

Menurut laporan itu, sekelompok hacker yang diduga mendapat dukungan pemerintah China memanfaatkan model AI buatan Anthropic, yaitu Claude, untuk menjalankan sejumlah serangan. Dengan bantuan AI tersebut, proses peretasan dapat berlangsung tanpa banyak kendali manusia.

Read More

Baca juga: AS Tuduh Hacker China Serang Pejabat dan Keluarga Donald Trump

Dilansir dari Wall Street Journal, laporan Anthropic memperkirakan ada sekitar 30 serangan siber otomatis yang dilakukan menggunakan Claude pada September 2025.

Hampir sepenuhnya diotomatisasi AI

Masih dari laporan yang sama, Head of Threat Intelligence Anthropic, Jacob Klein, menyebut bahwa serangan tersebut hampir sepenuhnya diotomatisasi AI. Ia memperkirakan sekitar 80–90 persen proses peretasan terjadi tanpa campur tangan manusia. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding serangan yang sebelumnya pernah mereka amati.

Klein menjelaskan bahwa proses peretasan berjalan “hanya dengan sekali klik”. Interaksi manusia hanya muncul ketika diperlukan. “Hanya dengan sekali klik, dan dengan interaksi manusia yang minimal,” kata Klein, dikutip dari The Verge.

Baca juga: Hati-hati, Fitur AI di Gmail Disalahgunakan Hacker

Ia menambahkan bahwa manusia hanya terlibat di beberapa titik kritis. Misalnya, saat memberi persetujuan, menghentikan langkah tertentu, atau merespons masukan dan jawaban AI. “Manusia hanya terlibat di beberapa titik penting, seperti mengatakan ‘Lanjutkan’, ‘Jangan lanjutkan’, atau ‘Terima kasih atas informasinya’,” tambahnya.

China bantah tuduhan

Meskipun begitu, China membantah tuduhan bahwa serangan otomatis tersebut disponsori pemerintahnya. Namun, bantahan seperti ini bukan hal baru. Selama bertahun-tahun, pemerintah AS sudah beberapa kali menuduh China menggunakan AI untuk mencuri data warga dan perusahaan AS. Semua tuduhan tersebut terus dibantah China.

Baca juga: Perusahaan Bimbel Online Bangkrut gara-gara ChatGPT

Bantahan tuduhan semacam ini sebenarnya bukan hal baru bagi China. Sebab, selama bertahun-tahun, pemerintah AS sudah melayangkan dugaan serupa bahwa China memanfaatkan teknologi AI untuk mencuri data warga dan perusahaan AS, tapi selalu dibantah oleh China. Anthropic sendiri, dalam laporan terbaru ini, tidak menjelaskan secara rinci siapa saja yang menjadi korban peretasan. Mereka hanya menyebut ada empat korban yang mengaku kehilangan data sensitif

Related posts