Tim ilmuwan berhasil menemukan jenis auman baru pada singa Afrika. Suara ini memiliki nada lebih pendek dan rendah dibandingkan auman penuh yang biasa terdengar. Penemuan ini mengungkap sisi baru dari pola komunikasi singa di alam liar.
Auman baru tersebut selalu muncul setelah auman penuh yang dikenal sebagai sinyal komunikasi utama. Menurut peneliti utama, Jonathan Growcott, vokalisasi singa ternyata lebih kompleks dari dugaan sebelumnya. Ia menyebut suara ini lebih datar dan memiliki variasi yang lebih sedikit.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Ecology and Evolution. Temuan itu menantang pandangan lama yang menyebut hanya ada satu jenis auman singa. Penemuan ini dapat membantu peneliti memperkirakan populasi singa dengan lebih akurat.
Auman singa tidak hanya menjadi alat komunikasi dalam kelompok. Suara itu juga berfungsi menandai wilayah kekuasaan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa setiap auman memiliki ciri unik. Ciri itu dapat digunakan untuk mengenali jenis kelamin, usia, dan karakter tertentu.
Growcott menjelaskan bahwa rekaman suara dapat membantu menghitung populasi singa di suatu wilayah. Dengan data suara, peneliti dapat memperkirakan kepadatan singa secara lebih akurat.
Untuk mencapai hasil tersebut, tim menggunakan 50 mikrofon khusus di Taman Nasional Nyerere, Tanzania. Mereka juga memasang sensor akustik pada kalung lima singa di Cagar Alam Lembah Bubye, Zimbabwe. Total rekaman yang terkumpul mencapai 3.149 vokalisasi singa Afrika.
Analisis dilakukan menggunakan kecerdasan buatan. Teknologi ini membantu mengidentifikasi berbagai jenis suara dengan akurasi tinggi. Growcott menyebut analisis manual sering menimbulkan bias. AI membantu menghapus bias itu dan memberikan pemetaan suara yang lebih konsisten.
Metode baru ini membuktikan bahwa auman perantara benar-benar ada dan berbeda dari auman penuh. Temuan ini menjadi langkah penting untuk memahami komunikasi singa secara lebih menyeluruh.
Baca Juga : Algoritma Quantum Echo Google