
Inovasi pada HP atau smartphone telah mengalami perkembangan pesat selama beberapa dekade terakhir. Namun, perkembangan tersebut tak berjalan seiringan dengan teknologi baterai yang digunakan di HP. Kebanyakan HP saat ini menggunakan teknologi baterai Lithium-ion (Li-ion), yang mungkin sudah tak asing lagi di telinga pengguna. Bagaimana bisa asing, teknologi Li-ion telah digunakan pada baterai HP selama tiga dekade terakhir.
BACA JUGA: Kebiasaan Buruk Batrai HP
Inovasi pada baterai HP lebih berfokus pada peningkatan kecepatan pengisian dan meningkatkan efisiensi daya. Namun, kandidat baru penerus Lithium-ion telah muncul, yaitu baterai Silicon-Carbon (Si/C). Teknologi baterai Silicon-Carbon ini digadang dapat menyimpan daya yang lebih besar dengan ruang yang sama seperti baterai Lithium-ion. Dampaknya adalah HP bisa punya baterai berkapasitas besar, tetapi bodi tetap akan ramping.
Apa itu Silicon-Carbon?
Seperti namanya, Silicon-Carbon adalah baterai yang menggunakan material silikon. Secara struktur dasar baterai dalam menyimpan dan melepas daya, Silicon-Carbon pada dasarnya masih sama seperti baterai Lithium-ion. Hal yang baru dalam Silicon-Carbon adalah baterai ini menggantikan anoda bermaterial grafit dengan silikon. Sebagai informasi, anoda merupakan elektroda negatif pada sel baterai yang berfungsi untuk melepas atau memberi daya pada perangkat. Grafit menjadi material yang paling umum digunakan sebagai bahan anoda saat ini. Akan tetapi, kehadiran teknologi Silicon-Carbon yang memakai material silikon pada anoda tampaknya akan menjadi standar baru. Material silikon pada baterai Silicon-Carbon dinilai 10 kali lebih padat energi dibanding material grafit. Dengan keunggulan ini, Silicon-Carbon dapat menampung lebih banyak daya dengan ruang yang sama seperti Lithium-ion.
Banyak HP mulai menggunakan Silicon-Carbon
Lantaran bisa menampung lebih banyak daya di ruang yang sama, Silicon-Carbon bisa menghadirkan baterai dengan daya yang besar, tetapi tidak memengaruhi dimensi HP. Biasanya, semakin besar daya baterai yang dipakai, HP bakal lebih tebal. Namun, dengan penggunaan Silicon-Carbon, HP bisa punya baterai dengan kapasitas daya yang lebih besar, tetapi bodinya tetap ramping. Saat ini, teknologi baterai Silicon-Carbon sudah mulai digunakan di beberapa HP. Rata-rata HP dengan baterai Silicon-Carbon menawarkan waktu pemakaian yang lebih tahan lama melalui kapasitas daya yang besar. Salah satu contoh HP dengan baterai Silicon-Carbon adalah OnePlus 13 yang memiliki baterai 6.000 mAh. Sama seperti OnePlus 13, Vivo X200 juga dibekali baterai Silicon-Carbon 6.000 mAh. Lebih besar dari mereka berdua, terdapat Realme GT 7 Pro yang memiliki baterai berkapasitas. 6.500 mAh. Kemudian, Realme Neo7 dengan baterai 7.000 mAh.
Baterai Silicon-Carbon belum popular
Baterai Silicon-Carbon belum sepopuler Lithium-ion karena teknologi baterai baru ini memiliki kekurangan yang mungkin masih dipertimbangkan pabrikan HP. Material silikon bisa mengalami ekspansi volume yang tinggi dibanding Lithium-ion selama pengisian. Ekspansi itu dapat merusak sel baterai. Dengan kekurangan itu, baterai Silicon-Carbon mulai digunakan karena sudah terdapat cara untuk membuat anoda silikon yang lebih stabil dengan mencampur material lain karbon di dalamnya. Selain itu, lantaran teknologi baru, infrastruktur manufaktur baterai saat ini kebanyakan masih memfasilitasi baterai Lithium-ion yang berbahan grafit. Hal ini membuat proses produksi Silicon-Carbon membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Dengan biaya lebih tinggi, baterai Silicon-Carbon sekarang masih terbatas penggunaannya di HP kelas atas atau flagship. Dikutip dari Makeuseof, pabrikan besar, seperti Samsung, Apple, atau Google, belum terdengar kabar akan pindah ke Silicon-Carbon. Meski demikian, kehadiran baterai Silicon-Carbon jelas menjadi penantang serius Lithium-ion, yang menarik disaksikan pada industri smartphone dalam beberapa waktu ke depan.