Investasi China di ASEAN Bergeser ke Teknologi dan Energi Hijau

Perusahaan China mulai mengubah pola investasinya di Asia Tenggara. Jika sebelumnya investasi lebih banyak berfokus pada reekspor lewat perakitan, kini arah strateginya bergeser ke produksi langsung di kawasan dan pemenuhan pasar domestik ASEAN.

Deputy Chief Executive Bank of China (Hong Kong), Wang Huabin, menilai langkah ini muncul akibat ketidakpastian global, termasuk tensi tarif yang dipicu Amerika Serikat.

Read More

“Perusahaan China masih cukup percaya diri berinvestasi di ASEAN meskipun ada banyak ketidakpastian. Mereka optimistis terhadap potensi kawasan,” kata Wang dalam FutureChina Global Forum di Singapura, Jumat (19/9/2025).

Baca Juga: Absennya Strategi AS Percepat Perubahan Peta Ekonomi Asia

Menurut dia, perbedaan antara model lama dan baru sangat signifikan. Pada masa lalu, perusahaan China menggunakan ASEAN sebagai lokasi akhir perakitan sebelum ekspor.

Kini, rantai pasok dipindahkan lebih jauh dengan memproduksi langsung di Asia Tenggara. “Hanya satu kata yang berbeda, tetapi artinya sangat besar,” ujar Wang.

Selain itu, perusahaan China tidak hanya melihat ASEAN sebagai basis ekspor, tetapi juga sebagai pasar konsumen yang berkembang. Dengan populasi hampir 700 juta jiwa dan pertumbuhan kelas menengah seiring urbanisasi, pasar domestik ASEAN dinilai sangat menjanjikan.

Wang menambahkan, pola investasi juga akan semakin beragam.

Jika dulu lebih banyak pada infrastruktur, manufaktur padat karya, atau sektor berbasis sumber daya, kini arah investasi meluas ke teknologi, e-commerce, energi terbarukan, hingga jasa keuangan.

“Banyak perusahaan menunjukkan minat kuat untuk mentransfer rantai pasok teknologi dan energi terbarukan ke Asia Tenggara. Ini akan mendukung inovasi lokal, menciptakan lapangan kerja, sekaligus mendorong transformasi ke model bisnis yang lebih ramah lingkungan,” ucapnya.

Baca Juga: Saran Bos Banyan Group ke Pelaku Bisnis ASEAN: Jangan Bergantung dengan AS dan China




Related posts