Pakar Teknologi Institut STTS Paparkan Potensi AI Multimodal

Teknologi kecerdasan buatan terus berkembang, dan salah satu inovasi terbaru yang mencuri perhatian adalah penerapan Agen AI Multimodal dengan Agent Development Kit (ADK). Teknologi ini memungkinkan pengembang menciptakan sistem otonom berbasis AI generatif yang mampu berinteraksi secara dinamis melalui percakapan, bukan sekadar perintah.

Esther Irawati Setiawan Ungkap Kekuatan Agen AI dan ADK di Google I/O Extended Surabaya 2025

Read More

Surabaya – Transformasi interaksi manusia dengan teknologi kini memasuki babak baru. Dalam ajang Google I/O Extended Surabaya 2025 yang digelar di Yarra Ballroom, pakar kecerdasan buatan (AI) dan cloud dari Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS), Esther Irawati Setiawan, memaparkan bagaimana teknologi AI generatif dapat membentuk sistem otonom melalui penerapan Agen AI Multimodal menggunakan Agent Development Kit (ADK).

Esther, yang juga dikenal sebagai pendiri Google Developer Groups (GDG) Surabaya, menjelaskan bahwa Agen AI adalah sistem yang dikendalikan oleh output dari Large Language Models (LLM). Agen ini tidak hanya memproses perintah, namun mampu membuat keputusan secara mandiri dengan mengakses data eksternal, seperti menjelajahi web.

Dalam presentasinya, Esther menguraikan berbagai jenis Agen AI, seperti:

  • ReAct Agent: Agen yang merencanakan dan mengeksekusi langkah-langkah secara bertahap berdasarkan hasil sementara.
  • Code Agent: Agen yang merancang seluruh tindakan di awal dan mengeksekusinya dalam satu waktu melalui kode Python.
  • Single-agent System: Sistem dengan satu agen yang menjalankan seluruh tugas.
  • Multi-agent System: Sistem dengan beberapa agen yang bekerja sama menyelesaikan masalah.

Berita Terkait : Institut STTS Buktikan Eksistensinya sebagai Pelopor Pendidikan AI di Jatim

Sorotan utama dalam pemaparannya adalah Agent Development Kit (ADK), sebuah kerangka kerja open-source dari Google berbasis Python. ADK dirancang untuk memudahkan pengembangan dan penyebaran sistem agen AI dengan tiga fitur utama: model-agnostic, deployment-agnostic, dan compatible dengan framework lain.

Esther juga membagikan langkah-langkah membangun agen AI menggunakan ADK, mulai dari menyusun struktur proyek, mengatur lingkungan Python, mengimpor kunci API Gemini, hingga menguji kinerja agen. Komponen penting dalam ADK seperti Session, State, Runner, Persistent Storage, dan Callbacks turut dijelaskan secara rinci.

Sebagai implementasi nyata, Esther menampilkan beberapa proyek berbasis ADK, seperti:

  • Agen pembuat proposal otomatis yang menyimpan hasilnya ke Cloud Storage.
  • Mindmap Agent yang mengubah narasi teks menjadi diagram peta pikiran.
  • Travel Buddy Agent yang menyediakan informasi cuaca, waktu lokal, dan panduan perjalanan secara real-time.

Dengan pemaparan ini, Esther menunjukkan bagaimana teknologi AI dapat membawa perubahan besar dalam dunia pengembangan aplikasi. Dari yang sebelumnya berbasis perintah manual, kini AI mampu membangun percakapan interaktif dan cerdas, membuka peluang baru dalam pengembangan sistem digital masa depan.

“Teknologi ini mengubah cara kita berinteraksi dengan mesin — bukan lagi sekadar memberi perintah, tetapi menjadi percakapan yang dinamis,” tutup Esther.

Baca Juga : Berita Teknologi

Melalui pemaparan yang mendalam dalam Google I/O Extended Surabaya 2025, Esther Irawati Setiawan berhasil membuka wawasan baru tentang bagaimana Agen AI Multimodal dengan Agent Development Kit (ADK) dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem cerdas yang mandiri dan adaptif. Dengan semakin terbukanya akses terhadap teknologi seperti ADK, para pengembang kini memiliki peluang besar untuk menciptakan aplikasi yang tidak hanya fungsional, tetapi juga interaktif dan responsif terhadap kebutuhan pengguna modern. Inilah tonggak baru transformasi digital berbasis AI di Indonesia.

Related posts