Game Roblox bukan sekadar permainan. Lebih dari itu, Roblox merupakan sebuah dunia virtual. Pemain dapat berinteraksi, berkreasi, dan menjelajahi berbagai jenis game dan pengalaman yang dibuat oleh komunitas global.
Tidak hanya dimainkan oleh anak-anak, Roblox ternyata juga menyentuh market orang dewasa. Tidak sedikit dari orang-orang dewasa yang ikut terjun ke dunia virtual tersebut.
Apa Itu Roblox?
Roblox adalah platform game online yang memungkinkan pengguna, termasuk anak-anak, untuk bermain dan membuat game dalam lingkungan virtual.
Diluncurkan pada 2006 oleh Roblox Corporation, platform ini memiliki jutaan game yang dibuat oleh pengguna dengan genre beragam, mulai dari petualangan, simulasi, hingga permainan peran. Roblox populer di kalangan anak-anak karena sifatnya yang interaktif dan kreatif, diakses melalui ponsel, komputer, atau konsol.
Namun, popularitas Roblox juga menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait konten yang tidak selalu ramah anak. Beberapa game di platform ini mengandung unsur kekerasan atau interaksi yang kurang sesuai untuk usia muda.
Baca juga: Pemerintah Buka Peluang Blokir Game Roblox, Singgung Unsur Kekerasan
Mendikdasmen Melarang Anak Kecil Main Roblox
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti melarang siswa SDN Cideng 02 Jakarta Pusat main game Roblox. Menurutnya, game ini menampilkan berbagai adegan kekerasan, sehingga tidak baik untuk anak usia SD.
“Dengan tingkat kemampuan mereka yang memang masih belum cukup itu, kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat. Sehingga karena itu kadang-kadang praktek kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak-anak,” ucap Mu’ti, dalam acara Kick-Off Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SDN Cideng 02 Pagi, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025).
Plus-Minus Bermain Game Roblox
Game apapun, termasuk Roblox sebenarnya memiliki dua sisi, yakni bisa berdampak positif, namun juga bisa memberikan efek negatif pada anak.
“Sebenarnya ada beberapa video game atau permainan digital yang memang bisa dijadikan alat yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kecerdasan kognitif pada anak dan remaja,” kata Maharani
“Itu bisa mengembangkan fokus perhatian pada anak, kayak strategi perang-perangan. Nah itu kan mereka bisa tuh harus fokus, atensinya harus full, game strategi tadi itu digunakan sebagai salah satu cara melatih otak untuk menyimpan dan memanipulasi informasi dalam jangka waktu pendek,” sambungnya.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa game juga bisa menyebabkan kecanduan pada anak. Menurut Maharani, saat kondisi ini terjadi, game bisa menjadi faktor yang akan menurunkan tingkat kecerdasan anak.
“Dalam arti mereka tuh sulit lepas (dari gadget). Nah itu pasti akan menurunkan kinerja otak, sampai fungsi motorik mereka juga berkurang karena motivasi belajar mereka tuh nggak ada,” katanya.
“Mereka pinginnya main game, main game terus. Itu mengurangi waktu belajar, dan akan menurunkan fokus konsentrasi, dan itu akan mengakibatkan juga kesehatan fisik dan mental yang akan terganggu,” tutupnya.
Baca juga: Apa Itu Roblox yang Dilarang Mendikdasmen?