Salah satu pengumuman besar Google dalam acara I/O 2025, transformasi besar-besaran Google Beam yang berawal dari Project Starline. Perusahan teknologi raksasa, Google baru saja merampungkan keynote besarnya di I/O 2025. Dalam acara tersebut, Google menyampaikan 15 pengumuman terbesar seputar kecerdasan buatan (AI) dan kebaruan fitur teknologi. Salah satu sorotan utama yang mencuri perhatian adalah transformasi Project Starline, teknologi video call 3D yang revolusioner, menjadi sebuah produk baru bernama Google Beam. Melalui dukungan AI dan teknologi mutakhir, Google Beam menawarkan pengalaman panggilan video yang jauh lebih hidup dan imersif, membawa cara berkomunikasi jarak jauh ke tingkat yang benar-benar baru.
Baca Juga : Pengembangan Teknologi AR dan VR
Transformasi Besar Google Beam
Mengutip laporan dari The Verge, Project Starline yang awalnya dikenal sebagai bilik obrolan video 3D kini mengalami perkembangan signifikan. Proyek ini akan berevolusi menjadi Google Beam, sebuah perangkat canggih yang segera diluncurkan dalam bentuk produk bermerek HP. Beberapa perusahaan besar seperti Deloitte, Duolingo, dan Salesforce sudah menyatakan rencana mereka untuk mengintegrasikan perangkat Google Beam. Buatan HP ini ke dalam lingkungan kerja mereka, menandai langkah awal adopsi teknologi komunikasi 3D di dunia bisnis.
Teknologi AI Volumetrik dan Real-Time Translation
Melalui hadirnya Google Beam, perusahaan teknologi raksasa ini secara resmi mengakhiri fase Project Starline. Melalui Google Beam, sebuah terobosan baru dalam komunikasi video 3D yang siap membawa era baru interaksi digital. Google Beam menggunakan teknologi tampilan bidang cahaya (light field display) dan enam kamera untuk menghadirkan citra 3D realistis. Dari lawan bicara pengguna saat melakukan panggilan video tanpa perlu menggunakan alat tambahan seperti kacamata 3D. Fitur ini memudahkan komunikasi lintas bahasa secara langsung dan lebih lancar, menjadikan Google Beam semakin dekat untuk menjadi produk nyata yang akan mengubah cara kita berkomunikasi melalui panggilan video. Google Beam tetap mempertahankan tampilan 3D yang memproyeksikan lawan bicara secara realistis, meski sumber video direkam dalam format 2D. Hasilnya, pengalaman panggilan terasa lebih alami dengan kontak mata yang nyaman dan detail visual yang tajam, sehingga interaksi terasa seperti bertatap muka secara langsung.
Salah satu inovasi terbesar dalam transformasi ini adalah kemampuan penerjemahan real-time.
Lewat teknologi ini, pengguna dapat berbicara dalam bahasa asli mereka sementara lawan bicara mendengar terjemahan dalam bahasa mereka sendiri yang terdengar sangat natural. Dalam demo yang ditampilkan, penerjemahan ini memang memiliki sedikit jeda. Tetapi hasilnya sangat memukau dan menjanjikan kemudahan komunikasi tanpa batas bahasa. Dukungan dari Google Cloud juga menjadi kekuatan utama di balik evolusi Project Starline ini. Google Beam dirancang untuk mengatasi masalah umum dalam panggilan video tradisional, seperti kelelahan akibat kurangnya interaksi nonverbal dan kesulitan membaca ekspresi. Dengan menghadirkan dimensi dan kedalaman nyata, Beam memungkinkan peserta rapat untuk lebih fokus. Teknologi ini juga tidak memerlukan perangkat tambahan yang merepotkan seperti headset VR. Sehingga lebih mudah diakses dan nyaman digunakan dalam berbagai situasi.