Serangan Siber Berbasis AI: Deepfake, Phising, dan Cara Menghindarinya

Serangan siber berbasis AI makin marak. Deepfake dan phising digunakan hacker untuk menipu korban. Ketahui modus dan cara mencegahnya

Baca Juga: Ancaman Siber Berbasis AI Naik 3 Kali Lipat di Indonesia, Apa Bisa Dicegah?

Read More

A. Adaptasi Teknologi Pasca Pandemi dan Ancaman Siber

Serangan siber berbasis AI semakin menjadi ancaman nyata sejak pandemi 2020. Masyarakat dipaksa beradaptasi dengan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI). Percepatan globalisasi membuat sistem kerja hybrid diterapkan luas, memungkinkan orang bekerja dari mana pun.

Publik dituntut mengikuti perkembangan teknologi, namun banyak yang masih awam dan belum siap. Akibatnya, serangan serta ancaman siber meningkat tajam. Orangtua, pelajar, bahkan tenaga profesional bisa menjadi korban jika tidak waspada saat menggunakan teknologi.

Menurut Suryo Pratomo, Director and Head of Sales PT Ensign InfoSecurity Indonesia, terjadi peningkatan besar skala serangan siber yang bekerja sama dengan jaringan ekonomi bawah tanah.

B. Serangan Siber Berbasis AI Makin Terorganisir dan Berbahaya

Kerja sama antara kelompok hacker dengan ekonomi bawah tanah membuat serangan menjadi jauh lebih terorganisir dan efektif, menimbulkan banyak korban. kelompok ini menjadi aktor utama dalam banyak serangan siber berbasis AI yang mengincar masyarakat awam maupun korporasi.

Kelompok Siber yang Teridentifikasi

Beberapa organisasi yang terindikasi menjadi sumber ancaman siber antara lain:

  • Akira
  • Brain Cipher
  • DragonForce Ransomware
  • Kill Ransomware
  • LockBit Gang
  • Qilin Ransomware
  • RansomHub Sarcoman Ransomware

Di Indonesia, Brain Cipher dan LockBit Gang paling sering beraksi, menurut Adithya Nugraputra Rowi, Head of Consulting PT Ensign InfoSecurity Indonesia.

C. Deepfake sebagai Bentuk Serangan Siber Berbasis AI

Deepfake merupakan salah satu bentuk serangan siber berbasis AI yang paling sering digunakan.

Modus Deepfake untuk Penipuan

Salah satu modus yang marak adalah penipuan menggunakan teknologi Deepfake. Teknologi ini memungkinkan pelaku membuat video palsu yang menyerupai wajah dan suara korban.

Pelaku bisa berpura-pura menjadi anggota keluarga dan meminta uang, misalnya dengan dalih kecelakaan. Kini, hanya dengan mengunggah foto ke situs tertentu, pelaku bisa menciptakan konten palsu yang meyakinkan.

Kejahatan Digital Tanpa Keahlian Khusus

Siapa pun kini bisa menjadi “hacker” tanpa keahlian teknis, cukup memanfaatkan alat berbasis AI yang tersedia di pasar gelap.

D. Keterbatasan Teknologi Penangkal Serangan Siber Berbasis AI

Beberapa perusahaan mulai mengembangkan teknologi deteksi deepfake, termasuk sistem yang bisa mengidentifikasi wajah dan suara palsu. Sayangnya, teknologi ini masih terbatas pada perusahaan dan belum bisa diakses individu.

Sementara itu, pada tahun 2024, ancaman siber meningkat akibat semakin kuatnya jaringan ekonomi digital ilegal.

E. Modus Phising Berbasis AI Lewat BTS dan SMS

Modus Baru: SMS Mengatasnamakan Instansi

Contoh nyata adalah penyusupan ke Base Transceiver Station (BTS) untuk menyebarkan link phising melalui SMS dengan nomor asli instansi resmi.

Modus ini sangat sulit dibedakan dari pesan sungguhan. Korban pun sering tertipu dan menyerahkan informasi pribadi penting.

Cara Mencegah Jadi Korban Serangan Siber

Masyarakat diminta selalu:

  1. Verifikasi sumber pesan mencurigakan
  2. Jangan membagikan data pribadi seperti KTP, alamat, tanggal lahir, atau data keuangan
  3. Waspadai permintaan transfer uang mendesak
  4. Jangan langsung percaya pesan dari “kerabat” tanpa konfirmasi

Baca Juga: Serangan Siber Diblokir di Indonesia, Pentingnya Keamanan Digital

Related posts