Teknologi SPB hadirkan jaringan lebih andal dengan downtime nyaris nol

Jakarta (ANTARA) – Teknologi Shortest Path Bridging (SPB) mulai banyak dilirik sebagai solusi meningkatkan keandalan jaringan digital, karena dinilai mampu menjaga layanan tetap tersedia dengan waktu henti (downtime) nyaris nol, sekaligus memangkas biaya operasional perusahaan serta menghilangkan risiko single point of failure.

27 Agustus 2025 17:22 WIB

Read More
Teknologi SPB hadirkan jaringan lebih andal dengan downtime nyaris nol
pIlustrasi penerapan teknologi Shortest Path Bridging (SPB) di PT Cendikia Global Solusi (CGS) (ANTARA/HO)

Dikutip dari rilis pers, Rabu, salah satu penyedia teknologi SPB adalah Alcatel-Lucent Enterprise. SPB bekerja dengan cara menyederhanakan alur lalu lintas data dalam jaringan. Mekanisme ini membuat data bisa menemukan jalur tercepat secara otomatis, sehingga perpindahan informasi lebih stabil, cepat, dan tidak mudah terganggu jika ada kerusakan di salah satu titik jaringan.

Dalam praktiknya, SPB mampu melakukan pemulihan jaringan dalam waktu kurang dari satu detik ketika terjadi gangguan. Hal ini sangat penting bagi layanan digital yang membutuhkan ketersediaan tinggi, seperti layanan berbasis cloud, internet of things (IoT), maupun koneksi 5G.

Baca Juga : Berita Teknologi

Penyedia infrastruktur fiber optik di Indonesia PT Cendikia Global Solusi (CGS) menjadi salah satu perusahaan yang sudah menerapkan SPB.

Perusahaan yang berdiri pada 2009 itu saat ini mengoperasikan lebih dari 5 ribu kilometer kabel fiber optik di 30 provinsi. Infrastruktur tersebut menopang berbagai layanan, mulai dari backbone, last-mile, backhaul, hingga local loop yang digunakan pelanggan di berbagai daerah.

Namun, kompleksitas jaringan lama yang dibangun dengan beragam teknologi dan protokol menghadirkan tantangan tersendiri bagi CGS.

Keterbatasan skalabilitas, risiko titik kegagalan tunggal (single point of failure), serta lonjakan lalu lintas data akibat pertumbuhan internet of things (IoT), cloud computing, hingga layanan 5G membuat perusahaan perlu melakukan pembaruan infrastruktur.

Untuk menjawab tantangan tersebut, CGS memilih solusi berbasis SPB dari Alcatel-Lucent Enterprise yang terintegrasi dengan platform OmniSwitch 6900. Teknologi ini dirancang untuk mengeliminasi potensi downtime, merampingkan operasional, dan menjaga efisiensi biaya.

Dengan adopsi teknologi ini, perusahaan mencatat penghematan biaya hingga 15 persen sekaligus meningkatkan kualitas layanan.

“Layanan kami beroperasi dengan hampir tanpa downtime (near-zero), memberikan pengalaman yang lebih lancar dan andal bagi pelanggan kami,” kata Chief Executive Officer CGS Aripin.

Dari sisi keamanan, SPB dilengkapi segmentasi jaringan canggih dan pendekatan Zero Trust Network Access (ZTNA) yang dirancang untuk mencegah akses ilegal maupun ancaman siber.

Baca Juga : Telkomsel berkolaborasi untuk tingkatkan jaringan 5G dan talenta AI

Teknologi ini juga mendukung perluasan kapasitas hingga 100G tanpa memerlukan investasi perangkat keras tambahan.

Country Manager Alcatel-Lucent Enterprise Indonesia Novse Hardiman mengatakan penerapan teknologi tersebut akan semakin relevan untuk menjawab tuntutan infrastruktur digital di Indonesia.

“Dengan mengadopsi arsitektur berbasis SPB dari ALE, CGS berhasil menghilangkan single point of failure, mendapatkan skalabilitas, dan membangun jaringan yang siap menghadapi perkembangan dan tuntutan infrastruktur digital Indonesia di masa depan,” ujarnya.

Related posts