
Sistem sensor internet milik China yang dikenal sebagai “Great Firewall” dilaporkan mengalami kebocoran data terbesar sepanjang sejarah.
Kabarnya, data-data yang bocor mencakup dokumen internal, kode sumber, hingga catatan (log) kerja dan komunikasi internal.
Seluruh dokumen ini konon bocor di internet pada 11 September 2025 lalu dan besarnya disebut mencapai sekitar 600 GB.
Menurut laporan Great Firewall Report (GFW) dokumen ini berisi paket repositori perangkat lunak, catatan pengembangan, hingga sistem lengkap untuk membangun dan mengelola infrastruktur penyaring (filtering) lalu lintas internet nasional China.
Baca Juga : China Bikin Robot Humanoid R1 Pesaing Tesla Optimus, Bisa Beres-beres dan Masak
Selain itu, sistem dan data yang bocor ini mengungkap bahwa teknologi sensor bikinan China ini tak hanya dipakai di wilayah dalam negeri seperti Xinjiang, Jiangsu, dan Fujian. Ttetapi juga diekspor ke luar negeri.
Menurut beberapa laporan, negara yang disebut dalam dokumen antara lain mencakup Myanmar, Pakistan, Ethiopia, Kazakhstan, dan beberapa negara lain yang tergabung dalam program “Belt and Road Initiative”.
Belt and Road Initiative bertujuan untuk memperkuat konektivitas perdagangan, investasi, dan infrastruktur antarnegara. Negara-negara yang tergabung dalam proyek ini meliputi beberapa negara di beberapa wilayah Asia, Timur Tengah, Afrika, hingga Eropa.
Diduga dari Geedge dan MESA Lab
GFW menyebut data yang bocor ini diduga berasal dari celah keamanan di Geedge Networks. Ini merupakan perusahaan yang dipimpin oleh seorang ahli kenamaan asal China, Fang Binxing. Fang juga dikenal sebagai “Bapak Great Firewall” di “Negeri Tirai Bambu”.
Selain dari Geedge Networks. Data berjumlah 500 GB ini juga bersumber dari lembaga riset Akademi Sains China yang bernama MESA Lab.
Berdasarkan penelusuran GFW, data yang bocor ini memperlihatkan arsitektur internal sebuah platform komersial bernama Tiangou.
Baca Juga : AI Bikinan China Bisa Bekerja Mirip Otak Manusia
Sistem ini digambarkan sebagai “Great Firewall in a Box”.Alias sistem yang bisa diterapkan secara bebas oleh penyedia layanan internet di jaringan dan gerbang internet (gateway) di sebuah negara.
Salah satu dokumen menunjukkan sistem Tiangou ini sudah dipasang di 26 pusat data di Myanmar. dengan kemampuan memantau 81 juta koneksi TCP (Transmission Control Protocol) secara bersamaan.
Sederhananya, TCP bertugas untuk mengatur dan mengawasi bagaimana data dikirim hingga ditransmisikan dari server ke perangkat pengguna.
Nah, Tiangou di sini dioperasikan oleh perusahaan telekomunikasi suatu negara. Lalu, mereka akan menghubungkannya ke titik pertukaran data (Internet Exchange Point/IXP).
Karena dipasangkan di “pusat lalu lintas” internet di sebuah negara, Tiangou tentunya dapat melakukan pemblokiran massal terhadap suatu platform. Atau melakukan penyaringan selektif terkait data mana yang bisa diterima pengguna di negara tersebut.
Di Pakistan, perangkat Geedge disebut menjadi bagian dari sistem bernama WMS 2.0. Sistem ini disebut dapat melakukan penyadapan massal jaringan seluler secara real-time.
Isi arsip dan risiko Keamanan
Seperti disebutkan di atas, total arsip yang bocor ini, menurut GFW, mencapai sekitar 600 GB. Salah satu file terbesar adalah “repo.tar” (500 GB), yang merupakan arsip server paket perangkat lunak.
Selain itu ada dokumen proyek, kontrak, hingga catatan rapat antara Geedge dan mitra risetnya.
GFW sendiri membagi isi bocoran ke dalam dua kategori, yaitu:
- Non–source code files: dokumen proyek, kontrak, dan komunikasi internal.
- Source code files: berisi kode sistem deep packet inspection (DPI), VPN detection, SSL fingerprinting, modul logging sesi internet, dan dokumen sistem serta teknis lainnya.
Seperti dilihat di sini, kebocoran data ini menguak banyak file sistem yang dipakai pada sistem pengawasan di China.
GFW menyebut kebocoran ini bisa membuka celah teknis pada sistem sensor China.
Sebab, dokumen catatan pengembangan dan teknis dapat dimanfaatkan untuk menemukan kelemahan protokol atau kesalahan operasional. Celah ini lantas bisa dieksploitasi oleh alat penembus sensor (circumvention tools).
Baca Juga : GPU “Made in China” Ini Diklaim Setara RTX 4060, “Black Myth Wukong” Tembus 70 Fps
Kenapa bisa bocor?
Saat ini, pemerintah China tampaknya belum memberikan pernyataan resmi terkait adanya laporan terkait kebocoran data Great Firewall yang dilaporkan GFW ini.
Belum diketahui juga apakah data-data ini bocor sebagai efek dari serangan eksternal, internal, atau masalah kerusakan konfigurasi server.
Namun yang jelas, dengan kasus kebocoran ini, kita bisa melihat bagaimana China menggunakan sebuah sistem yang bisa memblokir semua akses masuk internet ke negara tersebut.
Beberapa platform yang diblokir.Di sana mencakup semua platform Meta (Facebook, Instagram, WhatsApp), YouTube, Twitter (X), Telegram, Twitch, Netflix, Google, dan masih banyak lagi.
Selain itu, kita juga bisa mengetahui bahwa sistem ini juga ternyata tak dipakai di dalam negeri saja. Melainkan juga diekspor secara komersil dan diterapkan ke negara lain, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari GFW Report, Selasa( (16/9/2025).