Teknologi pendingin jadi kunci swasembada pangan nasional

Jakarta (ANTARA) – Teknologi pendingin hemat energi berpotensi menjadi kunci penting dalam mewujudkan program swasembada pangan nasional karena dapat memperpanjang usia simpan dan menjaga kualitas komoditas pertanian, terutama hortikultura dan perikanan yang mudah rusak.

Teknologi pendingin jadi kunci swasembada pangan nasional

Ilustrasi – Pendingin mobile bertenaga surya (Mobile Cold Storage Solar Powered/MCS) yang dikembangkan Pemprov Jabar bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didistribusikan ke Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Senin (3/2/2025). ANTARA/HO Pemprov Jabar

Read More

“Dua kunci ketahanan pangan adalah hilirisasi produk, seperti cabai agar tidak cepat busuk, dan distribusi pangan antardaerah dengan suhu yang terjaga. Semua ini butuh teknologi pendingin yang efisien dan ramah lingkungan,” kata Kepala Bidang Cold Chain (Rantai Dingin) Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) Tejo Mulyono alam konferensi pers Road to Pameran Pendingin dan Tata Ruang 2025 di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, dengan menggunakan teknologi pendingin hemat energi, maka dapat menekan kerugian akibat ‘food loss’, yakni kehilangan pangan pada tahap produksi, pascapanen, hingga distribusi sebelum sampai ke konsumen.

Baca Juga : Berita Teknologi

Tejo menjelaskan, kendala utama penerapan teknologi pendingin di Indonesia adalah pasokan listrik yang belum stabil, khususnya di kawasan timur. Padahal, wilayah tersebut memiliki potensi besar di sektor perikanan dan perkebunan skala kecil yang membutuhkan fasilitas penyimpanan dingin.

Dia berharap ajang Pameran Pendingin dan Tata Ruang 2025 bisa menghadirkan inovasi teknologi pendingin berbasis energi baru terbarukan (EBT), sehingga lebih efisien, berkelanjutan, dan mampu menekan biaya operasional logistik pangan yang cenderung tinggi dengan teknologi pendingin konvensional saat ini.

Selain sektor logistik, teknologi pendingin juga berperan dalam mendukung program pemerintah menuju ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor. Dengan rantai dingin yang kuat, maka hasil produksi lokal dapat terserap lebih optimal tanpa kehilangan kualitas.

Dia menambahkan, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi sangat diperlukan agar teknologi pendingin yang tepat guna bisa dipraktikkan secara luas.

Baca Juga : Industri pendingin dorong penerapan bangunan hijau di Jakarta

“Inovasi teknologinya ada, tinggal bagaimana kita memastikan implementasi di lapangan benar-benar berjalan, untuk bisa swasembada pangan. Tentu ini butuh upaya kolaborasi dari berbagai pihak,” ujarnya.

Pameran Pendingin dan Tata Ruang 2025 sendiri akan berlangsung di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, pada 24–26 September 2025 dengan menghadirkan 350 merek global dan menyoroti solusi pendinginan hemat energi serta tata ruang untuk berbagai sektor, termasuk logistik pangan.

Related posts