
Vivo baru saja mengungkapkan headset realitas campurannya (mixed reality/MR) bernama Vision Explorer Edition dalam acara perilisan baru-baru ini. Dengan menghadirkan perangkat demo mengenalkannya kepada masyarakat luas untuk menjajalnya sebelum dijual di pasaran.
Dilaporkan Gizmochina, Kamis, headset MR ini menawarkan layar ganda beresolusi 8K dengan panel OLED. Hal yang menarik adalah headset ini memiliki bobot yang sangat ringan yaitu 398 gram. Apabila dibandingkan dengan kompetitornya yang sudah ada yaitu Apple Vision Pro dengan bobot 600 gram. Vivo berhasil memangkas cukup banyak bobot pada gawainya.
Vivo menggunakan desain terpisah dengan komponen magnesium alloy membuatnya tetap kokoh namun juga ringan.
Setiap headset telah dikalibrasi oleh perusahaan untuk memastikan meski digunakan oleh mata yang berbeda, pengguna tetap bisa melihat cahaya dan warna secara konsisten. Jika pengguna memakai kacamata. Lensa optik magnetik di headset ini dapat menangani resep dari 100 hingga 1.000 derajat tanpa mengurangi pengalaman visual.
Dari sisi dapur pacu, headset ini ditenagai chip Snapdragon XR2+ terbaru dari Qualcomm, yang diklaim Vivo memberikan performa 2,5 kali lebih baik daripada generasi sebelumnya. Vivo juga telah membangun sistem operasi OriginOS Vision secara mandiri, yang memungkinkan hal-hal seperti menonton film yang imersif. Tayangan ulang olahraga spasial, dan pengaturan produktivitas multi-jendela bisa dilakukan.
Baca Juga:Vivo Y400: AI cerdas & baterai #GakHabis
Ada fitur Passthrough yang dihadirkan di headset ini dan diklaim sangat mengesankan dengan latensi hanya 13 ms untuk video penuh warna, membuat transisi antara dunia nyata dan virtual terasa mulus. Untuk interaksi. Fitur ini melacak mata penggunanya dengan presisi 1,5 derajat dan mengenali gerakan tangan dalam 26 derajat kebebasan dalam rentang vertikal 175 derajat. Yang pada dasarnya memungkinkan pengguna mengontrol berbagai hal secara alami dengan mata dan tangannya.
Dari segi konten, Vivo telah menyiapkan beberapa pengalaman eksklusif seperti “Drum Master” dan “Little V’s Journey.” Mereka telah bermitra dengan perusahaan bernama Migu untuk konten olahraga dan membuatnya kompatibel dengan PC dan ponsel pintar untuk streaming nirkabel.
Bahkan ada fitur foto spasial yang berfungsi dengan ponsel Vivo dan iQOO.
Uji coba untuk pengalaman publik ini dilakukan vivo mulai 22 Agustus 2025 di kota-kota besar di China seperti Beijing dan Shenzhen, dengan lokasi lainnya menyusul.
Soal harga, belum ada informasi resmi, tetapi para eksekutif Vivo mengisyaratkan harganya bisa sekitar 10.000 yuan (sekitar Rp22,7 jutaan) atau kurang. Petinggi Vivo menyebutkan bahwa ponsel pintar benar-benar melejit di China ketika harganya berada dalam kisaran 20-30 persen dari ponsel standar. Jadi mereka jelas berusaha mencapai titik ideal untuk adopsi MR ini.
Pendekatan ini terbilang menarik karena mencuri perhatian masyarakat awam dengan pengalaman. Terlebih dahulu dan memastikan bobotnya lebih ringan. Dibandingkan memaksakan menghadirkan banyak fitur kelas atas namun menawarkan harga yang mahal.